Talk Show Mindful Parenting : 'Pentingnya Hadir Lahir Batin untuk si Buah Hati’

kupuku.id 24 Mei 2021
img

Halo Sobat Kupuku! Minggu, 23 Mei 2021 Talk Show Mindful Parenting : 'Pentingnya Hadir Lahir Batin untuk si Buah Hati’ telah dilaksanakan. Sebanyak 100+ peserta telah belajar bagaimana hadir secara utuh dan berkualitas bagi anak-anak.

Pada talk show kali ini, Kupuku Indonesia berkolaborasi bersama Ray Zairaldi yang merupakan Senior Counselor di Personality Development Center (PDC) Jakarta. PDC sendiri merupakan pusat pengembangan mental yang berbasis pada Neurosains (ilmu yang mempelajari otak manusia).

Dalam praktiknya, Ray Zairaldi menggunakan pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) sejak tahun 2010. Isu tentang parenting merupakan salah satu topik yang menarik perhatiannya, setidaknya ia kerap menangani permasalahan hubungan antara orang tua dan anak selama 10 tahun praktik di bidang psikologi.

Ray Zairaldi berpendapat bahwa bicara tentang perkembangan anak selalu berarti tentang belajar bagaimana perkembangan otak manusia. Penting sekali bagi para orang tua untuk memahami bagaimana cara kerja otak. 

“Kalau kita bicara tentang manusia, mesinnya manusia adalah otak. Jadi kalau kita mengerti betul bagaimana otak itu bekerja, kita akan mengerti cara mengoptimalkan fungsi otak. Jadi bisa didefinisikan bahwa bicara tentang perkembangan anak adalah bicara tentang perkembangan otaknya.” Ujarnya.

Ray menekankan bahwa cara kerja otak anak di bawah usia tujuh tahun berfokus pada perkembangan emosional. Mereka tidak bisa dipaksa untuk memikirkan sesuatu yang terlalu berat. Dunia anak-anak pada usia ini seharusnya dunia bermain dan masa mengumpulkan memori serta pengalaman yang bisa membantu perkembangan emosionalnya. Itulah alasan mengapa ideal seorang anak masuk sekolah formal SD pada usia tujuh tahun.

“Apa gunanya intelegensi tinggi tapi tidak dibarengi dengan kematangan emosi. Kebutuhan emosi seseorang itu harus dipenuhi. Kalau tidak ia akan memiliki gangguan-gangguan di kemudian hari.” Paparnya 

“Kalau fungsi otaknya tidak dilatih sampai kapanpun dia tidak punya kontrol. Pernah nggak menemukan orang tua tapi masih suka marah-marah sampai lempar-lempar barang, bentak-bentak atau banting pintu? Artinya fungsi kontrolnya tidak maksimal.” Tambah, Ray.

Melatih emosi anak pada faktanya bukan hanya berbicara tentang bagaimana melatih kenyamanan anak, melainkan juga ketidaknyamannya. Hal ini dapat dicoba oleh orang tua untuk melatih anak bersabar dalam menunggu. Ketidaknyamanan anak akan membuat merela merasakan pengalaman batin yang dapat memperkuat ketahanan mentalnya.

“Latih anak untuk menunggu. Pada saat anak menunggu, ia harus mengelola rasa nggak nyamannya. Berikan ia kesempatan untuk merasakan itu sendiri. Kalau dia tidak merasakannya dia akan menjadi manusia instan yang segala sesuatunya harus segera terpenuhi.” Jelas Ray.

“Kalau kita sedang dalam kondisi emosional yang tidak baik, kita berikan penjelasan kepada anak untuk menunggu. Misal kita minta waktu istirahat selama 30 menit baru setelahnya bisa mengajaknya bermain. Lama-lama dia akan mengerti ada waktu dimana dia tidak bisa jangkau. Karena waktu kita pada faktanya tidak hanya untuk anak. Apalagi untuk ibu-ibu wanita karier. Latihan menunggu sangat penting dilakukan anak. Yang penting orang tua juga bisa berkomitmen dengan ucapannya.” Tambahnya

Pola pengasuhan mindful parenting sebenarnya banyak didambakan orang tua. Namun pada faktanya, banyak orang tua yang merasa tidak punya cukup waktu bersama anak karena harus bekerja. Hal ini pun diungkapkan oleh Otta, seorang Ibu di Bandar Lampung;

“Saya mau konsisten mindful parenting, tapi situasi saya bekerja, sehingga yang lebih mengawasi anak itu neneknya dan beliau kerap membiarkan anak saya bermain gadget seharian. Nah anak saya itu juga kecanduan gadget, pernah gadgetnya saya ambil dia jadi uring-uringan atau gabut. Apa yang harus saya lakukan?” Ungkap Otta.

“Kalau mau membatasi nggak bisa ekstrim. Misal seharian biasanya main gadget tiba-tiba dilarang sepenuhnya. Namanya otak itu perubahahannya ada proses juga. Dikurangi saja pelan-pelan intensitasnya. Kalau soal skema parenting kakek nenek itu tidak apa-apa sebenarnya. Anak lama-lama akan membangun skema dalam otaknya untuk bersikap seperti apa di hadapan orang tua dan neneknya. Namun perlu ada koordinasi yang baik antara orang tua dan kakek nenek tentang konsistensi pada nilai-nilai positif yang ingin ditanamkan.” Jawab Ray.

Dilematis tentang keterbatasan waktu bekerja, anak kecanduan gadget serta gradasi parenting antara orangtua-kakek/nenek atau orangtua-guru menjadi permasalahan yang banyak diungkapkan peserta. Ray menyimpulkan bahwa hal ini akan kembali pada nilai-nilai positif yang ditanamkan orang tua anak sebagai pendamping dan pendidik utama bagi anak. Jika fondasi dari orang tua sudah kuat, maka anak akan memiliki skema positif dalam bersikap.

Sobat, menarik sekali bukan pemaparan materi dalam sesi talk show kali ini? Tidak berhenti pada sesi ini saja, hari Minggu, 30 Mei 2021 akan ada Sesi Talk Show II dengan tajuk ‘Mindful Parenting : Dukung Anak Maksimalkan Potensi Diri’ [untuk oang tua anak usia 7-10 tahun] yang masih diisi oleh pemateri Ray Zairaldi dari PDC.

Tertarik bergabung? Yuk isi link pendaftaran berikut Sobat!

Link pendaftaran : http://bit.ly/KupukuTSMindfulParenting

Sampai jumpa minggu depan 😊

 

Bagikan ke teman kamu

KUPUKU INDONESIA