Training of Trainers (ToT) Read Aloud Sesi I “Mengaktifkan Pengetahuan Peserta untuk Memahami Apa itu Membaca Nyaring”

“Pengetahuan adalah kekuatan. Saat kita membacakan nyaring kepada anak-anak, kita melengkapi mereka agar siap menghadapi masa depan.” – Roosie Setiawan
Halo Sobat Kupuku! Masih ingat dengan event Talk Show Read Aloud “Yuk Jodohkan Anak dengan Literasi Sejak Dini” yang diselenggarakan Kupuku Indonesia bersama Roosie Setiawan beberapa waktu lalu?
Nah, kali ini Kupuku ingin membagikan keseruan Training of Trainers (ToT) Read Aloud yang merupakan tindak lanjut dari talk show yang telah diselenggarakan. Sebanyak 30 peserta dari berbagai latar belakang seperti Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua dan Pejuang Literasi dari berbagai daerah di Indonesia berhasil lolos seleksi untuk menjadi peserta ToT secara gratis.
Pada Jumat, 30 Juli 2021 kemarin telah dilaksanakan ToT Sesi I dengan topik “Mengaktifkan Pengetahuan Peserta untuk Memahami Apa itu Membaca Nyaring”. Dalam sesi ini, Roosie Setiawan selaku trainer ingin memperdalam pemahaman peserta mengenai betapa pentingnya aktivitas membacakan nyaring.
Menariknya, sesi ini juga seolah menjadi momen “bedah buku” Jim Trelease yang berjudul “The Read Aloud Handbook”. Sebagai awal kecintaan Roosie Setiawan pada aktivitas membacakan nyaring, buku ini menjadi panduan untuk melaksanakan ToT di seluruh sesi.
“Buku The Read Aloud Handbook berfokus untuk mendorong anak MAU membaca. Bukan BISA membaca.” Ujar Roosie.
Roosie memaparkan bahwa setidaknya ada tiga manfaat yang bisa didapatkan dari membacakan nyaring, yaitu :
1. Hubungan kesenangan dibuat antara anak dengan buku
2. Baik orang tua dan anak belajar sesuatu dari buku yang mereka bacakan (belajar ganda)
3. Orang dewasa menuangkan suara dan suku kata yang disebut kata-kata ke telinga anak
Manfaat tersebut bisa didapatkan dengan membuat aktivitas membaca menjadi menarik. Roosie berpendapat bahwa salah satu faktor anak tidak suka membaca adalah tidak adanya teladan membaca di lingkungan sekitarnya dan anak tidak dikondisikan dalam situasi membaca yang menyenangkan. Padahal, aktivitas membacakan nyaring berperan besar pada tahapan literasi anak mulai dari listening – reading – speaking dan writing (mendengar – membaca – berbicara dan menulis).
“Kalau kita membuat aktivitas membaca menjadi menarik anak akan bersedia duduk dan mendengarkan. Ingatlah daya baca, seperti pelari, tidak dibangun dalam semalam, mulailah perlahan dan secara teratur.” Tegas Roosie.
Hal penting yang juga tidak boleh dilupakan oleh orang tua adalah bukan seberapa banyak buku yang dimiliki di rumah, melainkan seberapa banyak buku yang disenangi oleh anak. Aktivitas membacakan nyaring bahkan bisa dimulai dari trimester terakhir kehamilan.
Dalam kaitannya dengan tahapan perkembangan anak, setidaknya membacakan nyaring memiliki manfaat sebagai berikut :
- Membangun kosakata anak
- Mengkondisikan otak anak untuk mengasosiasikan membaca untuk kesenangan
- Menciptakan latar belakang pengetahuan
- Memberikan teladan membaca
- Menanam keinginan untuk membaca
Pada sesi tanya jawab, pertanyaan menarik pun disampaikan Maria yang merupakan kepala sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) di Situbondo;
“Orang tua itu biasanya ketika berliterasi hanya sebatas membaca, menulis dan berhitung. Saya terbiasa membacakan buku kepada anak sejak dini dan ingin menularkan ini kepada orang tua lainnya. Namun mereka banyak yang lebih memilih memberikan anaknya gadget. Bagaimana cara menghadapinya?” Papar Maria.
“Materi ToT ini akan ada tiga sesi. Jadi ibu Maria bisa menggunakannya membuat kelas-kelas parenting kecil. Dengan adanya buku ‘The Read Aloud Handbook’ atau ‘Membacakan Nyaring’ Ibu bisa menunjukkan bahwa ini bukan sekedar pengalaman ibu tapi berdasarkan teori. “ Jawab Roosie.
Sesi tanya jawab pun menjadi bagian penutup dari ToT Read Aloud Sesi I. Roosie menekankan bahwa peserta tidak perlu takut untuk menyebarkan ilmu yang didapatkan nantinya. Setelah semua sesi selesai, peserta diharapkan akan jauh lebih percaya diri.
“Ada 90% orang Indonesia yang belum tahu Read Aloud. Sehingga kalau kita sudah tahu kita punya kewajiban untuk menyebarkan. Read Aloud can change the world. Reading score akan tinggi jika akses terhadap buku dilakukan sejak dini.” Tutup Roosie.