Memahami Seluk Beluk Kurikulum Merdeka

kupuku.id 26 Mei 2022
img

Kurikulum Merdeka (yang sebelumnya disebut sebagai kurikulum prototipe) dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial, pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.

Kurikulum Merdeka muncul karena skor PISA Indonesia tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10-15 tahun terakhir. Sekitar 70% siswa usia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam kemampuan literasi dan numerasi. Hal ini membuktikan adanya krisis pembelajaran mendesak yang harus segera diperbaiki. Ditambah pandemi menyebabkan learning loss yaitu kemajuan belajar berkurang signifikan pada siswa.

Untuk membantu para pendidik memahami seluk beluk Kurikulum Merdeka, Kupuku Indonesia menyelenggarakan workshop “Tak Kenal, Maka Tak Paham : Yuk Kupas Tuntas Kurikulum Merdeka” yang diselenggarakan pada 6, 12 dan 20 April 2022. Diisi oleh narasumber Dr. Dwi Ilham Rahardjo M.Pd. yang merupakan Pakar Pembelajaran dan Kurikulum serta Widyaprada Ahli Madya LPMP Jawa Timur, workshop ini berhasil merangkul 1000+ partisipan dari kalangan Guru dan Kepala Sekolah dari seluruh Indonesia.

Dalam sesi workshopnya, Pak Ilham menjelaskan bahwa penerapan kurikulum lama VS kurikulum merdeka diibaratkan seperti penggunaan dua jenis kompor. Berbeda kompor, berbeda pula cara menggunakannya.

“Kita akan takut menggunakan kompor gas jika belum paham cara menggunakannya. Nah kalau sudah paham dan memutuskan pakai kompor gas, cara menyalakannya jangan pakai cara kompor minyak yaitu pakai api. Bisa berbahaya. Begitupun dengan penerapan Kurikulum yang punya cara masing-masing,” Ujarnya.

Ia pun menjelaskan bahwa Kurikulum Merdeka dapat menjadi sarana dalam penerapan pembelajaran yang “menghamba pada siswa”. Menghamba bukan berarti memanjakan. Namun menyesuaikan proses belajar mengajar yang berpusat pada kebutuhan siswa untuk memaksimalkan potensinya.

3 pilihan yang dapat diputuskan satuan pendidikan dalam implementasi Kurikulum Merdeka :

  • Mandiri Belajar : Menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka dengan tetap menggunakan Kurikulum 2013 atau Kurikulum 2013 yang disederhanakan.
  • Mandiri Berubah : Menerapkan Kurikulum Merdeka menggunakan perangkat ajar yang sudah disediakan mulai dari buku siswa, buku panduan guru, silabus, RPP, dll.
  • Mandiri Berbagi : Menerapkan Kurikulum Merdeka dengan mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar seperti modul pembelajaran, lembar penilaian, buku pelajaran, RPP,  dll.

3 garis besar keunggulan Kurikulum Merdeka :

  • Lebih sederhana dan mendalam
  • Lebih merdeka bagi sekolah, guru dan peserta didik dalam menetapkan tujuan pembelajaran
  • Pembelajaran lebih relevan dan interaktif melalui penerapan kompetensi Profil Pelajar Pancasila

Salah satu yang asyik dalam Kurikulum Merdeka adalah dileburnya Kompetensi Dasar (KD) menjadi Capaian Pembelajaran (CP).

Ibarat mengemudi, setiap satuan pendidikan dibebaskan untuk mencapai tujuan (CP) dengan pilihan jalan masing-masing. Beda satuan pendidikan, bisa jadi rute yang digunakan juga berbeda.

Dalam penutupan workshop part I, Pak Ilham menekankan kepada setiap sekolah untuk melakukan adaptasi. Semakin cepat menentukan pilihan, semakin cepat pula proses adaptasi dapat dimulai.

“Mohon untuk sekolah dan guru-guru segera melakukan adaptasi. Orang yang unggul adalah orang yang cepat beradaptasi,” Tutupnya.

Selengkapnya, silakan Sobat Kupuku menonton rekaman workshopnya melalui link video Youtube berikut : Workshop Kupas Tuntas Kurikulum Merdeka Part I

Bagikan ke teman kamu

KUPUKU INDONESIA