Serial Praktik Baik Pendidikan Karakter Part IV : "Pengelolaan Kelas yang Membentuk Karakter"

Halo, Sobat Kupuku! Senang sekali kita jumpa kembali pada Serial Praktik Baik Pendidikan Karakter Bersama Doni Koesoema A.: Mendidik Karakter Generasi Zaman Now. Pada part 4 ini topik yang dipilih semakin menarik dan tentunya masih berkaitan dengan karakter yaitu “Pengelolaan Kelas yang Membentuk Karakter”. Talk show yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 November 2021 ini diikuti oleh sekitar 320 peserta dari seluruh penjuru Indonesia. Semangat belajar dan antusias peserta sungguh luar biasa meskipun talk show diadakan pada jam istirahat dan di akhir pekan.
Pada part 4 ini, talk show dibawakan oleh dua narasumber hebat yaitu Pakar Pendidikan Karakter dan Penulis Buku Inspirasi Praktik Baik Pendidikan Karakter Berbasis Kelas dan Komunitas, Doni Koesoema A., M. Ed., serta Evy Anggraeny, seorang Guru di SMA Regina Pacis Jakarta sekaligus penulis Buku Inspirasi Praktik Baik Pendidikan Karakter Berbasis Kelas dan Komunitas.
“Manajemen kelas terdiri dari beberapa hal yang membingkai proses pembelajaran kita secara utuh,” ungkap Doni Koesoema di awal talk show.
Menurut Brophy (1988), pengelolaan kelas merupakan tindakan-tindakan untuk menciptakan dan menjaga lingkungan pemelajaran yang mendukung tercapainya tujuan pembelajaran (Classroom Management is actions taken to create and maintain learning environment that supports instructional goals)
Sayangnya, perihal pengelolaan kelas ini tidak banyak dibahas atau dieksplorasi. Padahal pengelolaan kelas merupakan topik krusial yang selalu dipilih oleh mahasiswa atau calon guru, yang perlu dipelajari sebelum guru memasuki profesinya.
Dalam paparannya, Doni Koesoema menyampaikan bahwa pengelolaan kelas sangat penting karena untuk mendesain lingkungan belajar yang produktif, guru perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan untuk guru mengatur lingkungan fisik kelas, mengembangkan aturan dan prosedur, mengembangkan relasi dengan peserta didik, dan menjaga perhatian serta keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.
Tampaknya ada hal keliru yang dipahami selama ini terkait pengelolaan kelas, yang disebut Pandangan Simplisistis, yaitu pengelolaan kelas sekadar dipahami sebagai pengaturan bangku, meja, dan lingkungan kelas, kebijakan untuk memberikan apresiasi dan sanksi, pujian dan hukuman atas perilaku keliru yang tak diinginkan.
Dalam penjelasannya, Doni Koesoema menyampaikan bahwa tujuan pengelolaan kelas yaitu:
- Peningkatan prestasi akademik, perkembangan sosial dan emosional peserta didik, kolaborasi, dan pembentukan karakter.
- Keahlian dan kecermatan dalam mengelola kelas memungkinkan terjadinya pengalaman belajar yang mencerdaskan dan membentuk karakter peserta didik.
- Bukan sekadar penataan lingkungan fisik kelas, meskipun lingkungan fisik juga penting bagi keberhasilan belajar.
Pada pengelolaan kelas terjadi perubahan paradigma, dari intervensi ke prevensi:
- Dari pengelolaan kelas yang berfokus pada intervensi perilaku disruptif (a focus of intervention) - sanksi dan pujian untuk ketaatan dan pelanggaran
- Menjadi fokus ke pencegahan (prevention) melalui pengembangan komunitas kelas yang dapat membangun norma-norma, lingkungan psikologis dan sosial yang menumbuhkan rutinitas pembelajaran dalam rangka mempromosikan pembelajaran secara konstruktif.
Saat ini telah terjadi metafora guru. Dulu, guru bagaikan mandor (dalam konteks dunia industri). Guru sebagai mandor, teknisi, manajer pabrik, atau pengawas pabrik (yang memberikan sanksi dan hukuman). Latar belakang behaviorisme - pavlovian. Sedangkan saat ini metafora guru adalah konduktor dalam musik orkestra, fokus pada siswa, lingkungan, dan tugas-tugas yang diberikan melalui pengalaman belajar.
Sebagai guru, kita perlu memperhatikan dimensi pengelolaan kelas, yaitu:
- Lingkungan fisik kelas. Bersih, rapi, nyaman, mendukung pembelajaran
- Lingkungan psikologis. Ketertarikan, minat, dan motivasi internal belajar.
- Lingkungan sosial kelas. Norma dan peraturan, relasi antar warga kelas, dan saling membantu.
- Lingkungan moral. Kelas yang ramah secara moral dan mendukung pembentukan karakter (menerima perbedaan, menumbuhkan integritas dan kemandirian pemelajar).
Dalam pengelolaan kelas ada hal-hal yang harus diperhatikan (pandangan integral pengelolaan kelas), yaitu:
- Membangun relasi antara guru, murid, dan seluruh warga kelas.
- Mendesain dan membuat struktur kelas sehingga melahirkan kelas yang saling menghormati dan peserta didiknya dapat bekerja secara produktif.
- Mengorganisir kerja-kerja produktif dalam konteks kurikulum yang bermakna.
- Mengajarkan nilai-nilai moral dan kewarganegaraan.
- Membuat keputusan tentang pengelolaan waktu dan berbagai macam aspek dari rencana pembelajaran.
- Keberhasilan dalam memotivasi peserta didik sehingga menjadi pemelajar yang penuh gairah.
- Memperkuat pelibatan orang tua dalam pendidikan, pembelajaran, dan pendampingan belajar peserta didik.
Menurut Doni Koesoema, ada harapan dan tantangan melihat kondisi kelas di Indonesia. Kelas di Indonesia umumnya tertata rapi, berjajar, siswa menghadap guru. Di beberapa tempat ada gambar-gambar hasil karya siswa. Ada yang sangat rapi, bersih, ada yang sangat rusak dan kurang mendukung pembelajaran. Bahkan ada seorang guru yang mengajar dua kelas sekaligus di ruangan terbuat dari bambu di SD Negeri Girijagabaya, di kampung Sinarjaya, Muncang, Lebak, Banten (dilansir oleh Antara, Rabu, 27/11, Asep Fathulrahman). Doni Koesoema juga menunjukkan berbagai gambaran kelas di Indonesia. Mendesain lingkungan fisik kelas yang kaya literasi, bersih, dan nyaman untuk belajar masih menjadi tantangan besar bagi satuan pendidikan di Indonesia. Lingkungan kelas yang kaya literasi, berupa gambar dan tulisan sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan proses belajar.
Dalam situasi kelas ada yang disebut norma dan peraturan. Saat PJJ pun ada norma dan peraturan yang harus dipatuhi. Kelas yang mendukung pembelajaran memiliki norma dan peraturan yang mengarahkan perilaku warga kelas agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Bagi sekolah yang sudah PTMT, peraturan harus diperketat lagi. Guru wajib tetap mematuhi protokol kesehatan dengan mengenakan masker dalam pengelolaan kelas selama PTMT. “Lindungi kelas, lindungi diri, PAKAI MASKER”.
Pengelolaan kelas selama PTMT perlu memperhatikan fenomena penyebaran Covid-19 yang masih menjalani pandemi. Peserta didik perlu diingatkan terus-menerus tentang pentingnya menjaga protokol kesehatan selama PTMT sebagai bagian dari pengembangan lingkungan kelas yang aman.
Ada yang menarik pada paparan Doni Koesoema, beliau mengajak peserta talk show mengunjungi kelas-kelas di dunia. Di Brisbane, Australia, pada sekolah dasar ada berbagai macam tempelan siswa di kelas dengan bangku yang mudah dipindah. Di Finlandia, memaksimalkan ketersediaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana pembelajaran. Memberikan pengalaman kerjasama dalam belajar berbasis nilai-nilai rasa hormat, anti diskriminasi berbasis gender, etnis, suku, warna kulit, agama, dan disabilitas.
“Pertama, pengelolaan kelas di Indonesia yang menggunakan perilaku kontrol siswa tidak membentuk karakter karena ternyata ketika kita memberikan kontrol (seperti mandor), anak hanya taat sebentar, setelah itu tidak taat lagi sehingga anak menjadi resisten. Jadi, konsep ‘mandor’ harus kita hilangkan karena tidak berkelanjutan dan itu hanya nempel sebentar. Dia hanya takut kalau ada guru. Kedua, ternyata supervisi yang ketat dapat mematikan kreativitas inisiatif sehingga tidak menumbuhkan kemandirian dan tanggung jawab belajar anak. Hal ini akan menimbulkan dampak moral dan menjadi lemah dalam pembentukan karakter. Ketiga, model sistem kontrol yang ketat akan menimbulkan kontraproduktif dengan hasil belajar yang dalam diri siswa berbeda-beda (aspirasi dan cita-cita). Guru harus mengorkestrasi menjadi konduktor sehingga sekolah menjadi harmonis,” pesan Doni Koesoema.
Sejalan dengan apa yang disampaikan Doni Koesoema, Evy Anggraeny berbagi hal yang telah diaplikasikan saat pembelajaran. Di awal pembelajaran, Evy selalu menyampaikan atau membuat bersama-sama dengan siswa peraturan dan komitmen pembelajaran. “Untuk norma dan regulasi yang paling penting adalah kesepakatan dengan anak-anak. Peraturan berupa norma atau regulasi dapat dicatat oleh anak dan dipasang dalam ruang virtual sebagai pengingat,” jelas Evy Anggraeny.
Pertanyaan menarik disampaikan oleh Bapak Andre, “Bagaimana menerapkan pembelajaran kolaborasi tetapi tetap mengedepankan kompetisi?”
Menurut Doni Koesoema, ketika kita berbicara tentang manajemen kelas dan strategi pengajaran, kita harus konsisten dalam filosofinya karena kita tidak bisa menumbuhkan semangat kolaborasi tapi sistem penilaian kita memeringkat.
Menjawab pertanyaan tersebut, Evy Anggraeny berbagi pengalaman bahwa penugasan yang diberikan bervariasi dan membebaskan anak dalam menghasilkan produk. Yang ditekankan adalah setiap anggota kelompok harus memiliki peran. Dalam peran tersebut anak akan berkompetisi mempersembahkan peran terbaiknya. Kolaborasi dan kompetisi dapat berjalan tanpa harus dipertentangkan.
Talk show yang dilaksanakan juga secara langsung melalui Youtube Kupuku Indonesia ini berlangsung dua jam lebih dan ditutup dengan closing statement dari Doni Koesoema, “Manajemen kelas memang sesuatu yang dinamis dan adaptif. Maka, dari pihak pendidik, Bapak Ibu Guru perlu selalu mengevaluasi dan merefleksikan pengalaman dan mau belajar satu dengan yang lain untuk mencari jalan-jalan yang terbaik. Dengan memiliki kemampuan beradaptasi, memahami peserta didik dengan lebih baik, dan mempersiapkan pembelajaran kita dengan lebih baik, mudah-mudahan tujuan pembelajaran di kelas dapat tercapai sehingga anak-anak senang belajar, menumbuhkan gairah, dan mereka punya minat selalu mengikuti Bapak Ibu Guru ketika masuk kelas.”
“Dalam mengelola kelas jangan kita hanya menuntut hasil akhir dari anak didik kita tetapi perhatikan juga proses, ajak mereka berkomunikasi, dan biarkan mereka memaksimalkan kompetensi yang mereka punyai dan kita terima karena itu adalah bagian dari proses mereka untuk menjadi baik sebagai generasi bangsa. Marilah kita belajar dengan sesama teman kita, karena sama seperti anak murid kita, kita juga belajar berkomunikasi satu dengan yang lainnya, dan kita juga saling menghargai kreativitas apa yang dimiliki oleh teman sehingga kita bisa saling berbagi dan kita menjadi sama-sama pintar,” pesan Evy Anggraeny.
Terima kasih kepada Sobat Kupuku yang sudah mengikuti Part 4 serial talk show ini dengan antusias dan semangat yang luar biasa. Semoga talk show ini banyak membawa manfaat dan ilmu untuk Sobat semua, ya.
Sampai jumpa di Serial Praktik Baik Pendidikan Karakter Bersama Doni Koesoema A.: Mendidik Karakter Generasi Zaman Now Part 5 yang akan datang pada hari Sabtu, 27 November 2021 dengan topik “Membangun Kolaborasi Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Anak”
Bagi Bapak/Ibu yang belum sempat menonton Part 4 silakan klik link berikut untuk menonton rekaman videonya: https://www.youtube.com/watch?v=gIcrjBJcUd0