[Esai Juara Favorit Lomba Hardiknas 2021] : "Tiga Pilar Pendidikan : Orang Tua, Guru dan Siswa"

Ditulis oleh : Yovita Anggraini
Pandemi yang melanda di seluruh dunia membuat perubahan besar di setiap bidang, salah satunya pendidikan. Pendidikan di Indonesia dan dunia mengalami revolusi, dimana pembelajaran dilakukan secara daring. Di sisi lain, pendidikan sendiri memiliki tiga pilar utama yaitu orang tua, guru dan siswa. Sebagai seorang guru dan orang tua, saya menyadari perlunya sinergi antara ketiga hal tersebut, terlebih di masa pandemi.
Dalam KUPUKU Talkshow SERI IV - "Pesta, Perayaan, Tradisi dan Selebrasi", Bapak Doni Koesoema A. memaparkan pendidikan karakter merupakan transmisi dan pewarisan nilai- nilai kebaikan, selain itu juga sebagai saluran pembentukan manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Saya sendiri adalah seorang guru moral/budi pekerti dan ini adalah tahun ketujuh saya sebagai seorang guru budi pekerti di sekolah dasar. Di sekolah kami, Sekolah Terpadu Pahoa, budi pekerti adalah salah satu mata pelajaran wajib untuk siswa. Budi pekerti yang kami ajarkan adalah dizigui (pedoman seorang siswa yang baik berdasarkan ajaran Konfusius). Ajaran Konfusius ini tidak tertuju ke salah satu agama karena bersifat universal. Di dalam dizigui terdapat tujuh bab utama yaitu berbakti kepada orang tua yang merupakan bab utama dan terpenting dalam dizigui, bab kedua adalah kakak adik saling menyayangi dan hormat kepada yang lebih tua. Bab ketiga ada cermat dan teliti dalam sikap dan kehidupan sehari-hari, bab keempat adalah terpercaya di mana kita harus menjadi pribadi yang dipercaya, janji harus ditepati. Bab kelima yaitu mencintai seluruh makhluk hidup tanpa membeda-bedakan, bab keenam adalah belajar dari orang bijak dan bab ketujuh yang merupakan bab terakhir adalah bersemangat mempelajari ilmu pengetahuan.
Setiap bab dalam dizigui diajarkan bertahap di setiap jenjang dan diulang di jenjang berikutnya. Dalam pelaksanaan nilai-nilai dizigui di atas tentunya memerlukan kerjasama dan pemantauan dari orang tua. Sebagai contoh dalam pengamalan nilai berbakti kepada orang tua, siswa diajak untuk membuat kartu ucapan atau puisi di hari ibu lewat media go-slide, hasilnya kemudian dibagikan lewat google classroom dan ditujukan untuk orang tua siswa. Di jenjang SMA pada hari kasih sayang, praktik berbakti diwujudkan dengan wujud berbakti kepada orang tua sesuai kegiatan pilihan masing-masing siswa, misalnya dengan membuatkan kue untuk orang tua, bernyanyi untuk orang tua atau dengan menyuguhkan teh dan membasuh kaki orang tua.
Sementara itu, penggunaan gadget dan media sosial menjadi hal yang tidak dapat dihindari dalam pembelajaran di masa pandemi. Namun untuk siswa SD masih belum menggunakan media sosial seperti Instagram maupun Youtube karena pertimbangan usia mereka yang masih dini dalam menggunakan media sosial. Sedangkan untuk jenjang yang lebih tinggi seperti SMP dan SMA siswa dapat mengumpulkan tugasnya lewat media sosial seperti Instagram. Salah satu contoh proyeknya adalah membuat proyek bahasa Indonesia berupa puisi untuk menyemangati para petugas medis yang sudah berjuang di garda terdepan selama masa pandemi. Tugas lain adalah tugas kolaborasi antara beberapa mata pelajaran seperti PKN dan Moral dimana siswa membuat konten tentang bagaimana menggunakan medsos secara bijaksana sehingga dengan cara ini diharapkan siswa dapat lebih bijaksana dalam membuat konten dan dapat menyebarkan nilai-nilai kebaikan. Hal ini sejalan dengan pemaparan nilai pendidikan karakter yang disampaikan oleh Bapak Doni Koesoema A.
Selain itu, seperti pemaparan sebelumnya, dalam buku Pedoman Guru Humanis, pendidikan sendiri memiliki tiga pilar utama yaitu orang tua, guru, dan siswa. Dalam masa pandemi ini komunikasi antara guru selaku pihak sekolah dan orang tua juga berjalan lebih baik dibandingkan sebelum pandemi. Setiap kesulitan yang dihadapi siswa selalu dikomunikasikan oleh orang tua kepada guru begitupun sebaliknya dari guru melalui orang tua. Komunikasi antara sekolah dan orang tua terjalin melalui media sosial whattsapp dimana informasi dari orang tua mulai dari kendala jaringan ketika siswa mengerjakan ulangan dalam bentuk go-form , siswa yang mengalami kendala device dalam pembelajaran sehingga tidak dapat mengikuti meet dapat tersampaikan secara cepat. Begitu juga kendala yang ditemui sekolah dan guru dapat disampaikan langsung kepada orang tua siswa.
Selain itu, penggunaan media sosial di masa pandemi juga erat hubungannya dengan pembelajaran. Di SD sendiri setiap pelajaran moral, guru moral akan memberikan penilaian piala dizigui di kelas itu. Penilaian dizigui ini mencakup bagaimana respon dan keaktifan anak selama pembelajaran, mulai dari menyiapkan buku, atribut dan seragam, menyalakan kamera, hingga respon ketika guru bertanya. Satu bulan sekali diadakan pemilihan kelas terbaik untuk pemenang piala dizigui. Jika dimasa offline, kelas yang terpilih akan mendapatkan sertifikat dan piala bergilir berbentuk kakek Konfusius, di masa online pemberian sertifikat kelas dan piala dizigui diberikan melalui google classroom. Suatu kebanggaan tersendiri bagi wali kelas dan orang tua bila kelasnya mendapatkan piala dizigui, ada kalanya orang tua dan wali kelas mengupload foto sertifikat dizigui kelas mereka lewat media sosial. Bagi orang tua, hal ini juga sebagai kebanggaan karena mereka berhasil mendampingi anaknya selama online learning di rumah. Selain itu piala dizigui ini juga dapat memberikan motivasi bagi siswa lain untuk lebih fokus dan aktif saat pembelajaran.
Peran sekolah dan orang tua dalam mendampingi siswa menggunakan media sosial juga disampaikan lewat seminar untuk orang tua dan juga lewat pelajaran bimbingan konseling. Sebelum pandemi siswa-siswi kelas V SD Pahoa rutin mengikuti Hari Bakti dimana saat itu orang tua diundang ke sekolah untuk menyaksikan penampilan siswa, selain itu para siswa akan menyuguhkan teh dan membasuh kaki orang tua sebagai wujud bakti mereka. Ini juga merupakan bentuk praktik nyata ajaran berbakti kepada orang tua sesuai ajaran dizigui. Di akhir acara ini, kita juga kembali diingatkan bahwa di era globalisasi ini, teknologi, termasuk di dalamnya penggunaan gadget dan media sosial tetap tidak dapat menggantikan cinta kasih. Namun sayang di masa pandemi acara ini tidak dapat diadakan karena esensi dan interaksi langsung tidak dapat dilakukan secara online. Ini juga sebagai bukti bahwa teknologi tidak mampu menggantikan interaksi antar manusia. Di masa pandemi, sekolah juga tetap memberikan pendampingan kepada orang tua dengan mengadakan seminar rutin secara online.
Demikian halnya pendampingan sekolah kepada siswa dalam penggunaan media sosial. Selama online learning, bimbingan konseling masuk dalam mata pelajaran menggantikan jam ekstrakurikuler. Di saat inilah anak diberi edukasi tentang penggunaan media sosial. Berdasarkan angket yang dibagikan dalam bentuk google form kepada 256 siswa-siswi kelas V SD Pahoa, sebanyak 36 siswa atau sekitar 14% bercita-cita untuk menjadi Youtuber. Hal ini tentu wajib diiringi dengan pemahaman yang baik dengan cara menggunakan media sosial secara bijaksana. Nilai ini juga sesuai dengan salah satu nilai Konfusius yaitu bijaksana. Di dalam pelajaran moral, hal ini ditekankan kembali dengan penjelasan media sosial memiliki dua sisi yaitu baik dan buruk, karena itu siswa diharapkan dapat bijaksana dan menggunakan media sosial secara baik dan benar.
Pendampingan sekolah kepada siswa dalam penggunaan media sosial ini kembali dikuatkan oleh orang tua di dalam keluarga. Nilai-nilai yang tadi ditanamkan tentang penggunaan media sosial dan gadget dipantau kembali pelaksanaannya oleh orang tua di rumah. Pihak sekolah dapat memberikan angket berkala untuk memantau pelaksanaannya di rumah. Kadang kala ada orang tua yang mengalami kesulitan dalam mengontrol siswa di rumah atau dalam salah satu contoh misalnya siswa mengupload hal-hal yang kurang pantas di media sosialnya , dengan berkomunikasi dengan pihak sekolah, siswa dapat mendapatkan bimbingan lanjutan.
Melalui pemaparan di atas, jelas bahwa media sosial memiliki dua sisi, jika dapat digunakan secara bijaksana maka dapat mendukung pembelajaran dan meningkatkan minat siswa, kuncinya adalah dari pendidikan karakter. Jika siswa memperoleh pendidikan khususnya pendidikan karakter dalam lingkungan yang baik, barulah dapat berjalan ke arah yang baik, dan penuh harapan. Orang tua, guru, dan siswa adalah pilar utama dalam pendidikan karakter. Dalam hal ini sinergi peran sekolah dan orang tua dalam mendampingi siswa serta keterbukaan menjadi kunci yang utama.
Daftar Referensi :
Hardianti, Agustina, Ninda Hapsari dan Septa Danas Satya. 2021. “Minat dan Bakat Siswa”
dalam Studium Nomor 42 (hlm. 92-101). Tangerang: Sekolah Terpadu Pahoa.
Koesoema A., Doni dan Evy Anggraeny. 2020. Inspirasi Praktik Baik Pendidikan Karakter
Berbasis Kultur Sekolah. Yogyakarta : PT Kanisius Yogyakarta.
KUPUKU Talkshow SERI IV - "Pesta, Perayaan, Tradisi dan Selebrasi’" oleh Bapak Doni
Koesoema A.
Sekolah Terpadu Pahoa. “Bakti Untuk Orang Tua Tercinta.” Facebook Sekolah Terpadu