3 Resiko yang Mengancam Anak di Dunia Maya serta Cara Mengatasinya ala Watiek Ideo

Lain dulu lain sekarang, termasuk cara bergaul dan berkomunikasi. Dulu segala bentuk komunikasi dan sosialisasi sebagian besar dilakukan secara langsung, paling tidak dibantu sms dan telepon, namun zaman sekarang pola komunikasi dunia maya dan dunia nyata rasanya punya porsi yang hampir sama.
Hal ini juga diamini oleh Watiek Ideo, seorang penulis buku anak yang menjadi narasumber Talk Show “Darurat Pelindungan Anak, Bagaimana Orang Tua Harus Bertindak? PART I : Lindungi Anak Melalui Literasi Digital” yang dilaksanakan oleh Kupuku Indonesia pada 05 Februari 2022. Beliau menambahi bahwa menuju era Metaverse, rasanya perkembangan dunia maya akan jauh lebih melesat dari saat ini. Anak-anak, tentu akan semakin terlibat dalam pemanfaatan internet dan teknologi.
Dunia maya ataupun dunia nyata, keduanya sama-sama memberikan ancaman tertentu untuk anak, namun banyak orang tua yang masih bingung cara melindungi anak saat berselancar di dunia maya. Pola yang minim kendali serta pengetahuan yang tidak setara antara anak dan orang tua menimbulkan tantangan tersendiri.
“Kapan seharusnya kita harus mengenalkan literasi digital pada anak? Yaitu saat anak sudah mulai melakukan eksplorasi di dunia maya, jangan sampai orang tua menundanya. Menjelaskannya juga nggak harus sambil duduk, serius, kaku, dll. Kita bisa melakukannya di sela aktivitas sehari-hari. Jadi anak nggak ngerasa terintimidasi, karena kalau sudah terintimidasi, mereka akan sulit terbuka,” Ujarnya.
Watiek Ideo dalam sesi talk show memaparkan bahwa penting bagi orang tua memahami ancaman apa saja yang mungkin terjadi pada anak. Kupuku Indonesia setidaknya merangkum tiga poin ancaman di antaranya:
1. Perundungan di dunia maya (cyber bullying)
Merupakan perilaku seperti mengancam, mengolok, mempermalukan, menakuti, dll melalui media sosial hingga aplikasi games. Biasanya terjadi pada aplikasi games, media sosial, dll.
Anak-anak sangat mungkin menjadi pelaku atau korban cyber bullying. Perilaku ini biasanya disebabkan karena anak merasa bosan, menirukan orang lain, merasa bebas melakukan perundungan karena tidak bertemu langsung, kurang berempati, pernah menjadi korban hingga keinginan untuk dianggap hebat.
2. Pornografi / kejahatan seksual
Di dunia maya, secara sengaja atau tidak anak berpotensi mengakses konten pornografi. Selain itu predator seksual pun banyak berkeliaran untuk mencari calon korban baik melalui foto ataupun ajakan bertemu langsung menggunakan iming-iming.
3. Konten yang tidak sesuai usia anak
Ketika anak menggunakan media sosial, dengan mudah anak akan terkoneksi dengan konten negatif tanpa harus repot mencarinya, seperti konten yang mengandung kebencian, pembunuhan, perkelahian, berita hoax, dll.
Lalu, bagaimana cara melindungi anak ketika berselancar di dunia maya, sedangkan orang tua tidak bisa mengawasi 24 jam penuh?
“Jika anak sudah terpapar konten negatif di dunia maya, maka jangan buru-buru marah, jangan langsung meminta anak untuk meng-uninstall app tertentu yang biasa dipakai anak karena hal tersebut belum tentu memutus mata rantai konten negatif, tapi kuatkan anak ketika ingin bercerita, jadilah orang tua yang berperan sebagai tempat utama bagi anak ketika anak bercerita dan menghadapi masalah,” Tegas Watiek.
“Kita harus menanamkan prinsip-prinsip dasar kebaikan sehingga ketika mereka berselancar di dunia maya mereka bisa melindungi diri sendiri,” Tambahnya.
Watiek Ideo memberikan beberapa tips untuk melindungi anak berselancar di dunia maya, yaitu :
- Berikan pemahaman yang benar pada anak soal konten pornografi dan cara menghindarinya
Jelaskan pada anak bahwa pornografi itu mencakup video, foto, atau gambar yang memperlihatkan area pribadi yang harus kita jaga dan lindungi. Jadi, selain kita harus menjaga area pribadi kita, kita juga harus menjaga area pribadi milik orang lain dengan tidak melihatnya karena itu tidak sopan.
- Ajari anak cara menjaga identitas diri
Akun media sosial anak lebih baik dibuatkan oleh orang tua. Disarankan hanya menggunakan nama panggilan dan jangan memperlihatkan identitas pribadi seperti alamat, nomor telepon atau nama sekolah.
- Hati-hati dalam memposting foto
Ajari anak untuk mengurangi intensitas mengunggah foto di media sosial. Berikan pengetahuan mengenai beberapa etika memposting foto seperti penggunaan watermark, tidak memperlihatkan bagian tubuh vital, hingga menggunakan foto beresolusi kecil.
- Komunikasikan pertemuan rahasia
Buatlah kesepakatan penting dengan selalu berkomunikasi jika di media sosial ada yang mengajak anak bertemu langsung demi menghindari resiko kejahatan.
---
Anak adalah harta paling berharga yang dititipkan Tuhan untuk kita jaga dan lindungi, dan sudah saatnya kita sebagai orang tua sadar bahwa perlindungan terbaik bagi anak adalah dengan menanamkan nilai-nilai positif kepada mereka sejak dini. Bukankah untuk membuat rumah yang aman diawali dengan membangun pondasi yang kuat?
Yuk sharing pendapatmu di kolom komentar, Sobat Kupuku!