Side Event ECOSOC Partnership Forum 2022: Akselerasi Program Pendidikan yang Efektif untuk Anak Melalui Transformasi Cara Mengajar Selama dan Pasca Pandemi Covid-19

kupuku.id 09 Februari 2022
img
“Menyelamatkan pendidikan, sama dengan menyelamatkan peradaban.”

Tatanan sistem pendidikan di seluruh dunia luluh lantak ‘dihajar’ pandemi COVID-19, membuat seluruh elemen pendidikan mau tak mau beradaptasi pada model pembelajaran online. Akibat pandemi, 80 juta anak dan remaja di Indonesia menghadapi dampak sekunder yang meluas terhadap pembelajaran, kesehatan, gizi, dan ketahanan ekonomi. Selain itu lebih dari setengah juta lembaga pendidikan anak usia dini, sekolah dan universitas ditutup.

Mengacu pada press release dari UNICEF, menyebutkan bahwa penutupan sekolah akan meningkatkan risiko putus sekolah, hal ini berpotensi meningkatkan angka pernikahan anak usia dini hingga praktik eksploitasi terhadap anak. Pandemi juga telah mempengaruhi kesehatan mental, hampir setengah dari semua rumah tangga telah melaporkan tantangan perilaku anak, dengan anak-anak sulit berkonsentrasi (45 persen), menjadi lebih pemarah (13 persen) dan sulit tidur (6,5 persen).

Keadaan ini menunjukkan bahwa percepatan SDG No.4 (Quality Education) sangat dibutuhkan. Investasi terhadap percepatan kualitas pendidikan yang berkualitas dan setara tidak hanya untuk mengatasi masalah pendidikan tapi secara komprehensif akan ikut membantu masalah lainnya secara bersamaan. 

Memulihkan pendidikan adalah upaya yang wajib dilakukan oleh semua elemen lembaga dan masyarakat. Oleh karena itu untuk mendiskusikan tantangan ini, Indonesia Global Compact Network (IGCN) bersama Kupuku Indonesia mendapatkan kesempatan istimewa untuk memfasilitasi ruang diskusi panel dalam Side Events ECOSOC 2022: Accelerating Effective Children Education Programs Through Teaching Transformation in Indonesia During and Post-Covid Era (SDG 4) pada Rabu, 02 Februari 2022.

Diskusi Panel ini dihadiri oleh Bapak Mohamed Djelid dari UNESCO, Ibu Ririn Yuniasih, Ph.D dari Kemendikbud Ristek, Bapak Y.W Junardy dari IGCN, Bapak Joseph Dharmabrata serta Bapak Satrio Anindito dari IGCN & Kupuku Indonesia.

“Sebelum pandemi, progres peningkatan SDGs khususnya di Asia Tenggara saya lihat berjalan baik. Tapi semua menjadi terbalik sejak kemunculan pandemi. Saya memang harus mengatakan ini. Tapi kita tetap harus optimis karena teknologi mempermudah kita untuk mengakses pengetahuan dan berkolaborasi. Kita semua terhubung melalui SDGs partnership, oleh karena itu mari manfaatkanlah peluang ini untuk memperbaiki sistem pendidikan bersama-sama,” Ujar Pak Mohamed.

Ibu Ririn memaparkan bahwa Kemendikbud Ristek sudah meluncurkan beberapa program untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia, di antaranya Program “Merdeka Belajar” yang merupakan pendekatan progresif dan kreatif yang memungkinkan sekolah memiliki kebebasan dalam mengkontekstualisasikan proses pembelajaran. Selain itu Kemendikbud Ristek juga meluncurkan program “Sekolah Penggerak” dan “Guru Penggerak” serta “Guru Belajar dan Berbagi” sebagai motor bagi kemajuan sekolah lain. Untuk mendukung program Merdeka Belajar, Kemendikbud Ristek menelurkan Kurikulum Prototipe 2022 yang bersifat opsional untuk diadopsi sekolah dalam sistem pembelajaran.

“Program pendidikan yang kami susun dijiwai oleh spirit filosofi gotong royong untuk  meningkatkan kapasitas ekosistem pendidikan. Selain itu saya juga melihat seluruh stakeholder pendidikan saat ini saling mendukung satu sama lain,” Ucapnya.

Sementara itu IGCN bersama Kupuku Indonesia juga turut mengupayakan perbaikan kualitas pendidikan melalui peningkatan kapasitas empat pilar pendidikan yaitu Guru, Siswa, Orang Tua dan Kepala Sekolah. Tema pembekalan menyesuaikan dengan urgensi kebutuhan para pilar pendidikan, agar terjadi harmonisasi antara kebijakan pusat dengan peningkatan kompetensi para penerima kebijakan.

“Latar belakang saya adalah seorang pebisnis, dan saat ini saya sangat passionate terhadap bidang pendidikan. Dalam pengalaman saya memimpin perusahaan selama 30 tahun, saya punya satu masalah, yaitu kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu di Kupuku kami mencoba meningkatkan kualitas empat pilar pendidikan yaitu Guru, Siswa, Orang Tua dan Kepala Sekolah. Jika kualitas empat pilar pendidikan membaik, kualitas SDM pun akan semakin baik,” Papar Pak Joseph.

Satrio Anindito selaku CEO Kupuku Indonesia menambahkan ada beberapa program yang tengah dijalankan dan dikembangkan oleh Kupuku Indonesia mulai dari webinar, online mentorship hingga sekolah berbasis Project-Based Learning dengan kearifan lokal. Semuanya dilakukan secara gotong royong dengan merangkul sumber daya yang ahli di bidangnya.

Berikut adalah beberapa key takeaways yang mengemuka selama diskusi berlangsung:

  1. Pentingnya kolaborasi para stakeholder pendidikan
  2. Urgensi Kemitraan SDGs secara berkelanjutan
  3. Berfokus pada pilar pendidikan, khususnya peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru
  4. Menerapkan prinsip SDG 4 ke dalam semua jenjang pendidikan
  5. Memupuk inisiatif untuk membuat praktik baik dalam meningkatkan kualitas pendidikan
  6. Memegang prinsip kolaborasi dan inovasi

Untuk mendiskusikan dan melakukan brainstorming tentang kebijakan pendidikan, ruang-ruang diskusi antar stakeholder pendidikan secara konsisten penting untuk diciptakan. Side Event ECOSOC yang berskala internasional menjadi bukti bahwa pentingnya setiap negara dan lembaga di seluruh dunia saling bergotong-royong dalam meningkatkan kualitas pendidikan agar percepatan pencapaian SDG 4 (Quality Education) dapat segera terwujud.

Bagikan ke teman kamu

KUPUKU INDONESIA